Jumat, 18 November 2016

Maraknya Pergaulan Bebas Mahasiswa Yogyakarta

Ika Oktiana (09321097)

Indonesia saat ini mengalami perkembangan intensif. Globalisasi berdampak pada negeri yang lebih terbuka menerima teknologi maupun ide-ide dan perubahan budaya baru. Setelah habisnya masa Orde Baru pada tahun 1998, globalisasi disatukan dengan kekuasaan perubahan yang sangat kuat, yaitu gerakan reformasi. Kemajuan pada tahun-tahun berikutnya makin nyata diperlihatkan dalam bidang pemerintahan, industri, pendidikan, dan sosial.
Seiring perkembangan perubahan sosial, termasuk sikap-sikap penduduk Indonesia terhadap soal seks. Sejak dulu soal seks menurut kebudayaan Jawa dianggap sesuatu yang harus ditutupi atau tabu. Soal ini juga bersifat ketidak adilan Gender Roles atau peran gender pria wanita, diharapkan melindungi keperawanannya sampai menikah
Dewasa ini, industri seks di Yogyakarta tetap berkembang, dengan beberapa daerah prostitusi yang terkenal seperti Pasar Kembang di kawasan Malioboro. Tak luar biasa untuk pria mengunjungi lokaliasasi baik pra maupun luar nikah di daerah tersebut. Seks itu sudah lama didasarkan dalam hidden culture atau kebudayaan tersembunyi. Walaupun begitu, akhir-akhir ini menunjukkan bahwa perlakuan masyarakat terhadap soal seks sudah mulai berubah. Penduduk Indonesia sudah terbukti mulai melakukan hubungan seks pada umur yang masih relatif muda.
Tidak mengherankan bahwa perubahan sosial dominan antara kaum pelajar dan mahasiswa atau remaja. Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun perubahan mental, berusia remaja menemukan kesempatan untuk mencoba hal yang baru. Saat ini para remaja sangat dipengaruhi oleh oleh media massa, termasuk internet, film, dan musik. Secara umum kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide baru, dan lebih intensif mempergunakan kemajuan teknologi untuk mencari informasi daripada melakukan pendekatan terhadap orangtuanya.
Sesuatu yang penting dikebudayaan remaja adalah gengsi. Fokusnya gengsi untuk remaja indonesia adalah meniru kebudayaan kebarat-baratan, seperti perkembangan fashion atau dalam perpakaian, style atau gaya kehidupan, dan lain-lain. Sayangnya, ide-ide dan dan pengertian kebudayaan Barat maupun pengertian masalah seks yang diambil dari media massa sering keliru, dan besar kemungkinan kaum remaja akan melakukan hal yang beresiko. Dimanapun masalah seks berkaitan dengan banyak masalah sosial, termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS, perilaku seksual berisiko, kehamilan pra atau di luar nikah, dan kekerasan seksual.
Yogyakarta yang tepatnya adalah sebagai kota pelajar dan mahasiswa dan memiliki status pemerintahan yang khusus, dinamakan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sampai saat ini memiliki tradisi kebudayaan yang sangat kuat. Kota Yogyakarta dianggap sebagai kota yang ’aman’, tetapi Yogyakarta mempunyai sesuatu lain yaitu, kebudayaan masa muda yang bersemangat. Selain kota mahasiswa, Yogyakarta mempunyai banyak perguruan tinggi. http://www.infogue.com/article/2010/10/01/fenomena_seks_di_kalangan_mahasiswa_. Oleh karena itu, berdampak pada perkembangan munculnya tempat tinggal sementara atau kost, warung makan, cafe, club malam, dan banyak lagi.
Beralihnya kebudayaan yang masuk dari banyak mahasiswa dari berbagai penjuru daerah maupun luar negeri sekalipun yang menuntut ilmu di Kota Pelajar ini, Yogyakarta sekarang menjadi kota yang ’bebas’. www.psikologi.infogue.com/ fenomena_mahasiswa_berani_seks_di_kost menjelaskan mahasiswa berani berlaku seks di kostan dan dengan sadarnya mereka melakukan hal tersebut. Kost-kostan tempat yang paling banyak dilakukan perbuatan hubungan di luar nikah oleh para mahasiswa.
Banyak tempat yang biasana disalahgunakan oleh pengunjungnya, seperti cafe-cafe, internet, dan banyak lagi yang sudah menyajikan fasilitas pelayanan sampai 24 jam non stop atau tanpa henti setiap harinya. Bahkan sekarang ini sudah ada jasa tempat tinggal sementara atau kost yang menyediakan fasilitas pria dan wanita dalam satu atap rumah. Menjadikan alasan kebebasan mahasiswa untuk mencari sesuatu yang baru di luar jam kuliah. Hal tersebut mendukung adanya hubungan pergaulan yang tidak terbatas satu sama lain baik di lingkungan kampus atau bahkan di luar lingkungan kampus.


Sumber : https://parapenuliskreatif.wordpress.com/category/artikel-ilmiah-populer/page/2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar